Jan 26, 2012

Berikut yang Tersembunyi di Balik Bayangan Bulan

bayangan bulan

Bagian paling menarik dari Bulan serta kerap jadi pertanyaan adalah sisi paling gelapnya yang sulit dilihat. Bagian ini tertutup bayangan permanen, selalu gelap, dan tidak pernah memantulkan cahaya Matahari.

Teleskop dan satelit tidak punya cara untuk membayangkan wilayah di balik bayangan permanen Bulan itu bila menggunakan pencahayaan biasa. Sekarang, para peneliti antariksa telah menggunakan metode yang lebih taktis untuk melihat apa yang tersembunyi di sana. 

Dilansir Msnbc, Jumat (20/1/2012), wilayah yang selalu gelap tersebut terletak di kutub Bulan, dan umumnya berada jauh di dalam kawah yang tak dapat dijangkau cahaya Matahari. Para peneliti ternyata menemukan kemungkinan adanya kandungan air beku di sana.

"Ketimbang menggunakan cahaya Matahari yang dipantulkan lurus ke kawah, kami memilih rute tidak langsung," kata co-author penelitian Kurt Retherford, peneliti senior dari Southwest Research Institute di San Antonio.

Untuk melihat wilayah ini, para peneliti menggunakan cahaya yang dipantulkan dari atom hidrogen. Atom hidrogen yang mengambang di seluruh jagad raya tersebut, menyebar ke segala arah, bahkan dapat menjangkau wilayah tersembunyi di balik bayangan Bulan. Data baru yang mereka temukan menunjukkan tertutup bayangan itu memiliki lyman alpha emission yang lebih gelap ketimbang wilayah lainnya.

"Penjelasan terbaik kami tentang perbedaan pantulan di kutub Bulan adalah karena permukaannya lebih gembur dan pulen. Bentuknya seperti bubuk atau sejenis tepung," kata Retherford.

Penyebabnya bisa saja karena partikel kecil air beku bergerak keluar masuk dari butiran lumpur, dan menghasilkan lubang pada butiran-butiran tersebut sehingga menciptakan tekstur yang gembur.

Penelitian tersebut mengindikasikan kehadiran sekira dua persen air pada lumpur di wilayah berbayang, sedangkan pada wilayah yang terkena sinar Matahari hanya 0,5 persen saja.

"Anda akan mengharapkan wilayah yang tertutup bayangan permanen ini, memiliki lebih banyak lagi ketimbang yang telah kita lihat dari luar," tandasnya.
"Suatu hari, ketika astronot pergi ke wilayah ini, kita perlu indra yang lebih tajam untuk merasakan apa yang akan mereka lihat. Pengukuran air yang sebelumnya dilakukan berkaitan dengan air yang jauh di balik permukaan. Namun kami benar-benar berurusan dengan apa yang nampak di permukaan, yaitu akan adanya air yang lebih mudah diakses astronot di masa depan," tambahnya.

[PARAH]Polisi Abaikan Foto Pesta dan Twitter Afriyani


Beberapa hari belakangan ini muncul foto-foto pesta 
Afriyani Susanti (29) yang tersebar di situs jejaring sosial beberapa hari belakangan ini. Foto tersebut menunjukkan Afriyani sedang berkumpul bersama teman-temannya dengan botol-botol minuman keras di hadapannya.

Terkait hal ini, Kepolisian Daerah Metro Jaya tidak akan menelusuri foto itu. "Kami tidak akan pusingkan hal itu. Tidak mendalami sampai ke situ karena tidak terkait dengan kasus yang ditangani (kecelakaan lalu lintas ataupun kasus penyalahgunaan narkotika)," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Rabu (25/1/2012) di Mapolda Metro Jaya.

Ia juga memastikan bahwa selama proses penahanan berlangsung sejak Minggu (22/1/2012), Afriyani dilarang menggunakan alat komunikasi apa pun. Ponsel Afriyani pun disita polisi sebagai barang bukti. Dengan demikian, akun Twitter @SiNengApril yang aktif sejak tanggal 23 Januari 2012 pun dinilai palsu. "Silakan nilai sendiri. Yang pasti dia sama sekali tidak diperkenankan pakai alat komunikasi apa pun sejak ditahan. Bisa kami pastikan itu," kata Rikwanto.

Sementara itu, Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Nugroho Aji Wijayanto mengatakan bahwa foto-foto itu tidak terkait dengan kasus yang kini ditangani polisi. "Foto itu bukan di TKP (tempat kejadian perkara), pemakaian ekstasi, jadi tidak kami dalami terlalu jauh," kata Nugroho.

Afriyani dituduh lalai mengemudikan mobil dalam kecelakaan maut di Jalan MI Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (22/1/2012) pukul 11.00. Mobil Daihatsu Xenia B 2479 XI yang dikendarainya menabrak sejumlah pejalan kaki yang sebagian besar baru saja selesai berolahraga di Monumen Nasional (Monas).

Saat itu mobil melaju kencang dan sempat oleng sampai akhirnya menghantam para pejalan kaki di trotoar dan halte. Mobil baru berhenti setelah masuk ke halaman kantor Kementerian Perdagangan. Akibat peristiwa ini, sembilan orang tewas di tempat, tiga orang lainnya terluka.

Dalam pemeriksaan di kepolisian, Afriyani diketahui menyetir di bawah pengaruh alkohol dan narkoba. Malam sebelum kejadian, ia berpesta semalam suntuk di sebuah kafe di Kemang dan kelab malam di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Ia kini ditetapkan sebagai tersangka dan mendekam di tahanan Unit Narkoba Polda Metro Jaya.

Video Bayi Sujud Dalam Kandungan Saat Mendengar Bacaan Al-Qur'an

video ini sangat menggugah kita akan kebesaran Alloh SWT. Bahwasanya DIA-lah pencipta manusia dan dialah Yang Tak tertandingkan di dunia ini...

Kita harus bersyukur dengan keberadaan kita yang seperti ini, Allah sayang kepada kita semua seharusnya kita juga harus sayang kepada DIA yang menciptakan kita dari segumpal darah.

Dalam Video ini terlihat bayi dalam kandungan bersujud saat terdengar bacaan Al-Qur'an. Video yang berdurasi 5 menit lebih ini cukup membuat kita ingat kepada Illahi.


Megungkap Legenda Perjalanan Mengambil Kitab Suci ke Barat

Nama Sun Go Kong bagi masyarakat kita sudah tidak asing lagi. Sebuah stasiun televisi swasta pernah menayangkan film serial "Kera Sakti" ini sampai berulang-ulang. Sun Go Kong dikenal karena kesaktiannya melawan segala jenis siluman. Selain dia, tokoh sentral lainnya dalam film ini adalah biksu Tong yang selalu mengendalikannya selama perjalanannya ke Barat mencari kitab suci.

Pertanyaannya, apakah tokoh Hsuan-tsang yang dalam cerita serial "Kera Sakti" terkenal sebagai biksu Tong itu benar-benar pernah hidup di Tiongkok?
Dari beberapa literatur yang ada menunjukkan bahwa tokoh Hsuan-tsang ini adalah seorang biksu yang ditasbihkan pada umur 13 tahun dan hidup di Tiongkok sekitar tahun 602-664, dikenal juga dengan nama aslinya Chen-I, mendapatkan gelar San-Tsang atau Mu-Ch'a-T'i-P'o (Moksadeva) atau Yuan-tsang (di Jepang dikenal dengan nama Genjo). Beliau tercatat sebagai biksu dan penziarah dari Tiongkok yang terbesar sepanjang sejarah dan hidup pada masa Dinasti Tang (618-907), yang menunggang kuda melakukan perjalanan ke India melewati Himalaya selama 4 tahun perjalanan (dalam usia 23 tahun).

Beliau sempat tinggal selama 10 tahun di India untuk mempelajari dan menerjemahkan berbagai kitab Sansekerta Tripitaka ke dalam bahasa China, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 645 dengan membawa pulang 658 teks agama Buddha dan berbagai sutra Mahayana. Karya terjemahannya dan juga tulisan perjalanannya ke Asia Tengah dan India yang penuh dengan data yang akurat merupakan suatu fakta sejarah tak ternilai bagi para sejarawan dan arkeologis saat ini. Nama beliau dapat disejajarkan dengan para sesepuh Mahayana (Tripitaka Master) seperti Mahadeva, Asvaghosa, Nagarjuna, Atisa, Vasubandhu, Bodhidharma, Shanti-Deva, Asanga, Arya-Deva, Tao-An, Kumarajiva, Kobo-Daishi termasuk Buddhaghosa (Theravada). 

Mengembara ke India Terlahir dalam keluarga cendekiawan turun-temurun yang menganut paham Confucianis di mana atas pengaruh kakaknya yang menyenangi agama Buddha, akhirnya mereka berdua melakukan perjalanan ke Ch'ang-an dan kemudian ke Ssu-ch'uan (sekarang Szechwan) guna menghindari konflik politik yang terjadi. Semasa berada di Ssu-ch'uan, Hsuan-tsang mulai mempelajari filosofi Buddhis tetapi menemukan banyak sekali perbedaan dan kontradiksi dari berbagai kitab yang dibacanya. Karena tidak menemukan jawaban yang memuaskan dari gurunya, akhirnya beliau memutuskan untuk pergi ke India.

Hsuan-tsang muda melakukan perjalanan ke utara di Padang Pasir Takla Mak'an melewati sumber mata air Turfan, Karashar, Kucha, Tashkent dan Samarkand untuk kemudian memasuki Gerbang Besi Bactria, melewati pegunungan Hindu Kush sampai ke Kapisha, Gandhara, dan Kashmir di sebelah Tenggara India. Dari sana beliau menaiki perahu menjelajahi sepanjang Sungai Gangga sampai ke Mathura, dan mencapai tanah suci agama Buddha di bagian timur Sungai Gangga pada 633. Hsuan-tsang mulai mengunjungi berbagai tempat keramat yang berkaitan dengan kehidupan sang Buddha di sepanjang sungai Timur sampai Barat. 

Kemudian sebagian besar waktunya dihabiskan di Nalanda (pimpinan universitas saat itu adalah Silabhadra yang bergelar 'Mustika Kebenaran') yang merupakan satu-satunya pusat pengkajian Buddha yang terbesar saat itu (Nagarjuna juga mulai mempelajari Buddha dari sana). Hsuan-tsang muda mempelajari bahasa Sansekerta, filsafat Buddhis dan filsafat India. Sewaktu berada di India, Hsuan-tsang terkenal akan kecendekiawanannya, sehingga raja yang berkuasa di India bagian utara, Raja Harsa menemui secara pribadi untuk memberikan penghargaan kepadanya. Akhirnya dengan bantuan dari Raja Harsa, beliau dapat menyelesaikan tugasnya dan kembali ke Tiongkok (tahun 643) dengan fasilitas yang disediakan oleh Raja berupa 20 ekor kuda yang membawa 527 peti naskah.

Kembali ke Tiongkok Hsuan-tsang kembali ke Ch'ang-an (ibu kota negara T'ang) pada 645 setelah meninggalkan negaranya selama 16 tahun. Beliau disambut dengan meriah di ibu kota dan beberapa hari kemudian di depan khalayak ramai, Raja menawarkan posisi menteri di pemerintahan dengan pertimbangan bahwa Hsuan-tsang mempunyai pengalaman luas di berbagai negara asing. Namun terdorong oleh niatnya yang besar untuk mengabdi dalam Buddha, beliau menolak secara halus penawaran Raja tsb. Hsuan-tsang menghabiskan sisa waktunya dengan menerjemahkan sekitar 657 naskah yang dikemas dalam 520 peti (literatur lain menuturkan 527 peti) yang dibawanya kembali dari India.

Beliau menyelesaikan 73 naskah (literatur lain menyebutkan 75 naskah) yang terbagi atas 1,330 bagian, di mana sebagian besar merupakan rujukan utama dalam Tripitaka Mahayana seperti Prajnaparamita Hrdaya Sutra, naskah Yogacara, Madhyamaka dan naskah Vasubandhu yakni Trimsika atau dikenal juga dengan nama Vijnaptimatrasiddhi. Selain itu terdapat juga naskah dari sejumlah sekte lainnya seperti dari Hinayana, Theravada, Vinaya, Mahasanghika dan Risalah, termasuk naskah pengetahuan umum dan naskah tata bahasa. 

Pokok-pokok Pikirannya Karya Hsuan-tsang lebih berdasarkan filsafat ajaran Yogacara (Vijnanavada/Wei-shih cung) yang dikembangkan oleh Asanga dan Vasabhandhu, di mana bersama dengan muridnya K'uei-chi (632-682) mendirikan sekte Wei-shih (Hanya Kesadaran/Vijnana) yang tertuang dalam karya Hsuan-tsang , Ch'eng-wei-shih-lun (Treatise on the Establishment of the Doctrine of Consciousness Only) yang menjelaskan bagaimana bisa terdapat suatu dunia emperikal yang umum untuk setiap individu yang memiliki badan dan penyerapan yang berbeda dapat merupakan pembentuk pikiran bersama terhadap suatu tujuan tertentu. Menurut Hsuan-tsang, benih karma universal yang tersimpan dalam gudang kesadaran (alayavijnana) merupakan pembentuk umum dan benih karma tertentu sebagai pembentuk pembeda masing-masing individu.

Pokok utama ajaran ini mengatakan bahwa seluruh dunia ini terbentuk karena pikiran. Bentuk-bentuk tampak luar adalah tidak nyata (maya), tidak ada yang nyata diluar pikiran. Pendapat umum tentang adanya bentuk luar hanyalah disebabkan konsepsi yang salah dimana dapat dihilangkan dengan proses meditasi yang menarik kembali semua bentuk luar yang bersifat maya tersebut (semacam vipassana bhavana). Benih karma merupakan pembentuk pancaskandha yang terkumpul dalam gudang kesadaran dimana membentuk pikiran atas keberadaan dunia luar berdasarkan persepsi dan cita. Gudang kesadaran inilah yang harus disucikan dari dualitas subyek-obyek dan keberadaan yang maya dengan menempatkannya pada alam kemurnian yang dapat disamakan dengan kenyataan atau kesamaan yang menunjukkan sifat dasar dari semua benda sesuai apa yang telah ditentukan (tathata). Alam kesadaran inilah yang dicapai oleh para Bodhisattva sebagaimana tercermin dari konsep Trikaya.

Perkembangan Ajaran Pokok pikiran ajaran tersebut sempat populer pada masa kehidupan Hsuan-tsang dan K'uei-chi , tetapi karena filsafat dan terminologi ajaran tersebut yang kurang dimengerti dan sulit dicerna secara umum, demikian juga bentuk pemahaman yang berkaitan dengan analisa pikiran dan perasaan merupakan suatu hal yang asing bagi tradisi di Tiongkok saat itu, maka dengan meninggalnya Hsuan-tsang dan K'uei-chi, sekte ini pun akhirnya mengalami kemerosotan. Pada saat meninggalnya Hsuan-tsang, Raja T'ang mengumumkan hari berkabung nasional selama tiga hari guna menghormati segala pengorbanan yang telah dilakukan oleh Hsuan-tsang yang ditunjukkan oleh pengabdiannya yang tanpa pamrih dalam mengembangkan Buddhisme di Tiongkok.

Tercatat dalam beberapa literatur bahwa pada masa kehidupan Hsuan-tsang, terdapat seorang biksu Jepang yang bernama Dosho sempat singgah ke Tiongkok pada tahun 653 dan belajar di bawah bimbingan Hsuan-tsang, di mana sesudah menyelesaikan pelajarannya, biksu Dosho kembali ke Jepang untuk mengenalkan doktrin tersebut, dan kemudian menjadi terkenal akan Vihara Gongo. Selama abad ke-7 dan ke-8, sekte ini dikenal dengan nama Hosso (Fa-hsiang) dan merupakan sekte yang paling mempengaruhi semua sekte Buddhis yang ada di Jepang sampai saat ini. Biksu Dosho merupakan biksu pertama di Jepang yang jasadnya dikremasikan secara Buddhis. Selain di Jepang,
ajaran Hsuan-tsang juga menyebar ke Korea. 

Selain melakukan penerjemahan naskah-naskah, Hsuan-tsang juga menulis cerita perjalanannya ke Barat (India) yang diberi judul Ta-T'ang Hsi-yu-chi (Catatan Perjalanan ke Barat semasa Dinasti T'ang Agung), merupakan suatu catatan dari berbagai negara yang dilewatinya sewaktu melakukan perjalanan ke Barat mengambil kitab suci.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Review