Beberapa organisasi dan perkumpulan keislaman di Mesir beberapa hari yang lalu telah membut kesepakatan untuk bersatu dan berada di bawah naungan institusi Al-Azhar. Demikian dilansir koran Shaut al-Azhar (13/5).
Dalam hal ini, Al-Azhar akan menjadi muara, pucuk pimpinan, sekaligus rujukan tertinggi atas semua himbauan dan kebijakan keagamaan yang nantinya diikuti oleh semua elemen keislaman di Mesir tersebut.
Grand Shaikh Al-Azhar Dr. Ahmad el-Thayeb mengatakan, pihaknya sangat senang dan menyambut baik kesepakatan tersebut. Ditegaskannya, persatuan antar sesama organisasi dan perkumpulan keislaman menjadi sebuah keharusan demi kemaslahatan dakwah dan untuk membendung arus fitnah antar sekte.
Ditambahkan oleh el-Thayeb, Mesir saat ini tengah menghadapi masa-masa krisis yang sangat sulit yang mengharuskan semua elemen keislaman di negara itu untuk bersatu padu dan saling melengkapi, bukan justru sebaliknya.
"Krisis yang menimpa Mesir menuntut para ulama dan cendikiawan Muslim di negara ini untuk bergerak dalam satu paduan, guna memberikan pencerahan kepada umat dan dunia akan hakikat dan keagungan Islam," kata el-Thayeb.
Terkait krisis pertikaian antar sekte yang beberapa hari lalu meledak kembali di Mesir, el-Thayeb menegaskan jika Islam justru sangat mengutuk berbagai macam tindak kekerasan terhadap no-Muslim.
"Al-Qur'an dan sunnah sendiri menggariskan wajibnya melindungi umat non-Muslim dan kaum minoritas," kata el-Thayeb.
Sementara itu, Shaikh Muhammad Hisan, salah satu petinggi sayap Salafi Mesir, mengatakan pihaknya juga menyambut baik nota kesepakatan dengan Al-Azhar itu.
Dikatakannya, pihak Salafi dan Al-Azhar telah bersepakat utuk menggorganisir pertemuan rutinan dengan beberapa organisasi dan perkumpulan keislaman lainnya di Mesir untuk bersama-sama menuju "kalimatin sawaa" di bawahnaungan Al-Azhar.
0 comments:
Post a Comment