May 11, 2011

Kisah Tokoh Indonesia ( Abdurrahman Saleh )

Prof. dr.Sp F. Marsekal Muda Anumerta Abdulrachman Saleh, lahir di Jakarta 1 Juli 1909, meninggal di Maguwo Yogyakarta 29 Juli 1947 pada umur 38 tahun. Pemuda yang sering dikenal dengan julukan “karbol” ini adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Tokoh Radio Republik Indonesia (RRI) dan bapak fisiologi kedokteran Indonesia. Pada masa mudanya, ia bersekolah di HIS (sekolah rakyat Belanda atau Hollandsch Inlandche School), MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) kini SLTP, AMS (Algemene Middelbare School) kini SMU, dan kemudian diteruskan ke STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Karena saat itu STOVIA dibubarkan sebelum ia menyelesaikan studinya, maka ia meneruskan studinya di GHS (Geneekundige Hoge School), semacam sekolah tinggi dalam bidang kesehatan atau kedokteran. Ayahnya Mohammad Saleh tidak pernah memaksanya untuk menjadi dokter. Ketika aktif menjadi mahasiswa, ia sempat giat berpartisipasi dalam berbagai organisasi seperti Jong Java, Indonesia Muda, dan KBI atau Kepanduan Bangsa Indonesia.
Setelah memperoleh ijazah dokter, ia mendalami pengetahuan faal. Setelah itu, ia mengembangkan ilmu faal di Indonesia. Karenanya, Universitas Indonesia pada 2 Desember 1958 menetapkan Abdulrachman Saleh sebagai bapak ilmu Faal Indonesia. Ia juga aktif dalam perkumpulan dalam bidang radio. Sesudah kemerdekaan diproklamasikan, ia menyiapkan sebuah pemancar yang dinamakan Siaran Radio Indonesia Merdeka. Melalui pemancar tersebut, berita-berita mengenai Indonesia, terutama tentang proklamasi Indonesia, dapat disiarkan hingga ke luar negeri. Ia juga berperan dalam mendirikan Radio Republik Indonesia yang berdiri pada 11 September 1945.
Pada saat Belanda mengadakan agresi pertamanya, Adisucipto dan Abdulrachaman Saleh diperintahkan ke India. Dalam perjalanan pulang, mereka mampir ke Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan di Palang Merah Malaya. Keberangkatan dengan pesawat Dakota ini mendapat publikasi luas dari media massa dalam dan luar negeri. Tanggal 29 Juli 1947, ketika pesawat berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian Malayan Times memberitahukan penerbangan Dakota VT-CLA sudah mengantongi izin pemerintah Inggris dan Belanda. Namun, pesawat yang ditumpangi ditembak oleh dua pesawat P-40 Kitty-Howk Belanda dari arah utara. Pesawat kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah menjadi dua bagian dan akhirnya terbakar.
Peristiwa heroik ini diperingati TNI AU sebagai bakti TNI AU sejak tahun 1962 dan sejak 17 Agustus 1952, Maguwo diganti Lanud Adisucipto. Abdulrachman Saleh dimakamkan di Yogyakarta dan ia diangkat menjadi seorang pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia no. 071/TK/Tahun 1974, tanggal 9 November 1974.
Pada tanggal 14 Juli 2000, atas prakarsa TNI-AU, makam Abdulrachman Saleh, Adisucipto, dan para istri mereka, dipindahkan dari pemakaman Kuncen ke kompleks Monumen Perjuangan TNI AD Ngoto, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Namanya diabadikan sebagai nama pangkalan TNI-AU dan Bandar Udara di Malang. Selain itu, piala bergilir yang diperebutkan dalam kompetisi kedokteran dan biologi umum (medical and general biology competition disebut piala bergilir Abdulrachman Saleh).

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Review