May 22, 2011

Atasi Emosi dengan Minum Jus Jeruk

Biasanya mendengarkan musik atau mearik napas dalam-dalam menjadi solusi untuk meredam emosi atauamarah. Tapi kini ada juga cara yang terbilang unik namun terbukti cukup efektif, yakni minum segelas jeruk manis.

Cara ini tidak akan mengubah seseorang menjadi benar-benar sabar dan pemaaf, sebab pada titik tertentu kemarahan itu tetap akan muncul. Namun setidaknya campuran gula dalam perasan jerukmembuat batas-batas kesabaran lebih longgar dari yang seharusnya.

Kuncinya memang bukan pada air jeruk melainkan pada glukosa atau gula sederhana dalam minuman tersebut. Di dalam darah, glukosa dikirim juga ke otak sebagai sumber energi yang antara lain berguna untuk mengontrol temperamen dan emosi negatif lainnya.

Kurangnya pasokan gula ke otak bisa menyebabkan emosi negatif tidak terkendali, sehingga menjadi lebih agresif dan mudah tersinggung. Itulah sebabnya hingga batas tertentu es jeruk yang dipermanis dengan gula bisa meredam kemarahan yang meledak-ledak.

Manfaat minum jeruk manis bukan sekedar dugaan teoritis sebab tim dari Ohio State University telah membuktikannya baru-baru ini. Sebanyak 62 pelajar sekolah menengah dilibatkan dalam eksperimen pembuktian yang dipimpin oleh Prof Brad Bushman ini.

Dikutip dari ScienceDaily, para pelajar itu dibagi 2 kelompok, masing-masing diberi minum air jeruk yang sama-sama diberi pemanis. Bedanya, satu kelompok menggunakan pemanis gula sedangkan kelompok yang lain memakai pemanis buatan yang bebas glukosa.

Setelah diberi jeda sekitar 6 menit untuk memberi waktu bagi penyerapan gula ke dalam darah, seluruh partisipan diminta menjalani uji reaksi. Masing-masing saling melakukan provokasi dengan suara-suara berisik yang memekakkan telinga.

Kelompok yang mendapat pemanis buatan lebih mudah terpancing kemarahannya dan mulai tampak agresif pada tingkat kebisingan yang lebih rendah. Sedangkan yang minum air jeruk dengan pemanis gula butuh suara lebih berisik dan juga waktu yang lebih lama sebelum benar-benar terpancing kemarahannya.

"Hasil ini sekaligus menjelaskan mengapa orang-orang dengan gangguan metabolisme gula cenderung lebih agresif, misalnya diabetes. Banyak gula dalam darah, tapi metabolismenya terganggu sehingga tidak sampai otak," ungkap Prof Bushman.



0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Review